Mengantar Semburat Edisi 2 "Padepokan Tapak Racun"
- RHA
- Mar 18, 2016
- 4 min read

Mengawali dan memulai sesuatu memang tidak mudah. Seperti mengawali tulisan pengantar acara bertajuk Semburat #2 yang diprakarsai oleh kelompok kreatif bernama Sursum Omnia ini. Maklum saya merupakan pribadi yang kurang baik dalam mengawali sesuatu cerita bahkan hubungan. Hahahahah..
Akan tetapi melihat keberanian dan ketekadan Sursum Omnia dalam memulai sesuatu demi perkembangan kancah musik yang mereka mulai dari ruang lingkup terdekatnya membuat saya tertantang untuk terus berpikir agar tulisan ini tidak hanya semata menjadi kata pengantar yang biasa. Meski pada akhirnya nanti kalian yang telah membaca menyimpulkan tulisan ini begitu biasa saja atau bahkan masih jauh dari kata biasa. Heheheh..
Belakangan ini kota Malang sedang ramai dengan berbagai kegiatan kreatifnya, entah itu dibidang seni musik, film, bahkan seni lainnya. Disela padatnya jadwal kota Malang dengan kegiatan atau acara-acara kreatif tersebut lahirlah kelompok kreatif bernama Sursum Omnia yang dicetuskan oleh beberapa pemuda yang memiliki ketertarikan dalam seni musik khususnya. Tepatnya sekitar satu tahun yang lalu Sursum Omnia resmi mengibarkan bendera mereka melalui acara bertajuk Semburat #1 yang sukses digelar di balai desa Houtenhand.
Bukan perkara mudah memutuskan untuk membentuk sebuah kelompok kolektif yang berkonstrasi pada penyelenggaraan sebuah gigs musik. Akan tetapi dengan keniatan dan keinginan yang tinggi serta didukung oleh kerja sama tim yang solid, Sursum Omnia membuktikan jika mereka bisa melakukannya. Mungkin diantara kalian akan bertanya apa perbedaan gigs yang diselenggarakan oleh Sursum Omnia dengan gigs lainnya?
Mungkin memang tidak ada perbedaan yang signifikan antara gigs yang diadakan oleh Sursum Omnia dengan gigs-gigs yang lainnya. Akan tetapi ada beberapa hal yang membuat saya meberikan nilai positif kepada kelompok kolektif satu ini.
Pertama, cara mereka mendanai proyek mereka yang dilakukan secara mandiri dan “benar-benar kolektif” yang artinya semua dana yang diperoleh untuk kebutuhan proyek yang diadakan oleh Sursum Omnia didapatkan dari seluruh kantong pribadi tim/anggota dan seluruh band yang terlibat didalamnya. Sesuai dengan arti dibalik nama Sursum Omnia yakni maju bersama.
Kedua, line up band yang mengisi acara yang diselenggarakan oleh Sursum Omnia. Jika kembali mengingat line up band yang ada di acara bertajuk Semburat #1, mereka semua (band) yang tampil rata-rata masih asing ditelinga para penikmat musik atau bahkan bisa dibilang baru. Sursum Omnia seakan ingin membuka lebar mata dan telinga kita semua untuk mengetahui adanya band-band baru yang hadir diantara kita. Sursum Omnia juga seakan menjadi cahaya kecil yang membantu menyinari jalan setapak para pelaku musik ini yang sedang berusaha menemukan pancaran sinar terang diujung jalan tujuannya.
Ketiga, Keterbukaan Sursum Omnia untuk mempererat hubungan tali persaudaraan scene antar kota yang dibangun melalui proyeknya. Melalui acara bertajuk Semburat, Sursum Omnia tidak menutup diri bagi siapapun yang mau membantu atau berkontribusi di setiap proyek mereka. Bahkan mereka membuka lebar pintu bagi siapa saja, entah itu perorangan atau band yang notabenya berasal dari luar kota untuk turut ikut menjadi bagian di proyek yang diselenggarakan oleh Sursum Omnia. Yang jelas orang atau band tersebut tetap harus mau ikut diberi tanggung jawab yang sama demi kepentingan kemajuan bersama.
Keempat, cara mereka mengarsipkan setiap proyek mereka. Ya! Sursum Omnia seakan tidak mau setiap proyek yang diselenggarakannya mudah dilupakan begitu saja sehingga mereka sadar betul akan pentingnya sebuah pengarsipan. Sebuah budaya yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum Sursum Omnia terbentuk, akan tetapi dijaman yang berkembang seperti ini mungkin sudah sulit untuk menemukan budaya seperti yang dilakukan Sursum Omnia dengan cara mencetak sebuah rilisan fisik berupa CD kompilasi yang berisi band-band yang telah turut berpartisipasi di proyek Sursum Omnia serta mencetak fanzine khas fotocopyan yang mungkin sudah jarang kita temui di gigs-gigs saat ini.
Kempat poin tersebut yang mebuat saya kagum dengan keberadaan kelompok kolektif Sursum Omnia. Akan tetapi mereka belum sepenuhnya aman di mata saya. Pernah disebutkan jika proyek Sursum Omnia bertajuk Semburat ini merupakan Exchange gig, akan tetapi sementara dan sejauh ini saya belum sepenuhnya percaya akan kata Exchage gig tersebut. Melihat fakta semburat edisi satu hingga dua nanti masih berada di kota dan rumah yang sama.
Tersiar kabar proyek Sursum Omnia bertajuk Semburat #2 sudah siap untuk dikumandangkan kepada khalayak luas. Masih tetap di tempat yang sama yakni balai desa Houtenhand. Semburat #2 akan masih akan menampilkan dan memperkenalkan nama-nama baru kepada penikmat musik yang nantinya akan hadir di acara Semburat #2.
Keberanian dan kegigihan Sursum Omnia untuk memperkenalkan talenta-talenta anyar dari dalam hingga luar kota untuk memperkenalkan diri sekaligus unjuk gigi di hadapan publik merupakan langkah yang patut dan layak untuk diapresiasi. Saya pribadi sebagai penikmat musik tidak mau hanya diam melihat usaha keras mereka dalam membuka mata dan telinga para penikmat musik lainnya untuk selalu terbuka menerima talenta-talenta baru yang lahir diantara kita semua.
Yah! sekian singkat kata yang bisa saya antarkan untuk menyambut rasa bahagia saya akan keberlanjutan konsistensi Sursum Omnia yang dibuktikan pada acara bertrajuk Semburat #2 yang akan datang. Saya hanyalah penikmat musik yang memiliki ketakutan berlebih akan mandeknya regenerasi dalam bidang musik! Ini hanyalah surat pengantar dan sekaligus kicauan kejujuran dalam hati saya. Selera kita berbeda tapi saya yakin kita sebagai penikmat musik memiliki keinginan sama. Ingin anak dan cucu kita masih merasakan panasnya atmosfir gig-gig semacam Semburat dan gig lainnya. Salam!
*Tulisan ini juga dimuat di zine Semburat edisi #2
Comments