top of page
!

RECENT POSTS: 

FOLLOW ME:

  • Facebook Clean Grey
  • Twitter Clean Grey
  • Instagram Clean Grey
Search

Kilas Balik Malam Semburat #2

  • RHA
  • Apr 23, 2016
  • 5 min read

Jujur saja, tidak banyak yang saya ingat pada hari itu (18/3/2016). Seingat saya, siang hari saya harus berada di tempat kerja untuk mendata rilisan yang akan di return. Kemudian sore harinya saya harus bertemu dengan owner yang sudah lebih dulu berada di kediaman pemilik rilisan-rilisan tersebut. Saat itu saya sedikit gelisah dan tidak tenang ketika harus memilih rilisan-rilisan yang akan dititpkan kembali ke tempat saya bekerja. Pasalnya, malamnya ada acara yang tidak ingin saya lewatkan dengan alasan apapun. Acara bertajuk Semburat #2Padepokan Tapak Racun” yang digagas oleh kelompok kolektif bernama Sursum Omnia.

Jadi tiba-tiba saja sekarang di penghujung bulan Maret, saya ingin kembali bernostalgia dengan mengulas bagaimana atmosfir saat acara bertajuk Semburat #2 episode Padepokan Tapak Racun yang berlangsung di balai desa Houtenhand malam itu. Hitung-hitung Sambil melatih seberapa kuat ingatan saya. Hehehehe..

Kembali ketika saya sedang me return rilisan-rilisan di kediaman pemiliknya. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Saya begitu gelisah dan terburu-buru untuk segera menyelesaikan kewajiban pekerjaan. Akhirnya pukul setengah delapan pekerjaan pun selesai. Saya pun langsung bergegas menuju balai desa Houtenhand dengan perasaan cemas akan melewatkan performa dari band pertama. Juga mencemaskan akan kehabisan arsip rilisan fisik yang dihasilkan oleh acara Semburat #2 episode Paguyuban Tapak Racun.

Seperti yang diketahui jika kelompok kolektif Sursum Omnia ini tidak ingin setiap acara yang dinaunginya menjadi acara yang mudah berlalu dan dilupakan begitu saja. Arsip dalam bentuk fisik adalah jawabannya. Ya! setiap edisi acara Semburat, Sursum Omnia selalu membuat produk kedalam bentuk rilisan fisik yakni berupa CD ataupun kaset kompilasi yang berisi materi dari setiap band yang terlibat didalam acara Semburat edisi tersebut, ada juga fanzine dengan gaya khas fotocopy dan juga yang tidak kalah menarik yakni sablonase di tempat dan waktu acara berlangsung. Sebuah ide pengarsipan nyata yang mungkin sudah jarang ditemui di sebuah gig musik berskala kelingking minoritas seperti Semburat.

Lanjut cerita. Akhirnya saya tiba di lokasi. Teras depan Houtenhand sudah ramai aktifitas teman-teman yang sibuk untuk memberikan t-shirt mereka untuk disablon bergambar poster acara Semburat #2. Disisi lainnya gerombolan orang memadati meja yang berisi rilisan fisik yang dihasilkan dari acara Semburat #2. Kebetulan dibalik meja tersebut ada beberapa wajah yang saya kenal, kami mengobrol sebentar kemudian saya mengeluarkan uang untuk membeli rilisan berupa kaset kompilasi, CD dan tentunya fanzine. Dan yang saya khawatirkan ternyata terjadi, kaset kompilasi Semburat #2 sudah berstatus sold out! Apa boleh buat akhirnya saya hanya mendapatkan CD sepaket dengan fanzine.

Setelah mendapatkan arsip acara, saya langsung masuk menuju bar. Saat itu seingat saya lantai satu terbilang relatif sepi. Hanya ada beberapa teman yang duduk santai menikmati minumannya. Saling tegur sapa tentu tak bisa dihindarkan. Saya sedikit santai karena acara ternyata sedikit mundur dari jadwal yang sudah ditentukan. Setelah dua kali menenggak minuman pemberian teman, tidak lama kemudian terdengar distorsi berat dari lantai dua pertanda acara Semburat #2 sudah dimulai. Langsung saja saya bergegas untuk naik melihat siapa pelaku yang menghasilkan suara distorsi berat tersebut.

Wow! Kata yang pertama kali saya ucapkan ketika berada di lantai dua Houtenhand. Ternyata lantai dua sudah hampir dipenuhi kepulan asap rokok yang dihembuskan oleh pemuda-pemuda berpenampilan sangar yang hampir memenuhi seluruh bagian depan panggung. Lantai satu begitu kondusif akan tetapi tidak dengan lantai dua yang terlihat begitu hangat, padat dan beringas. Melihat ke atas panggung, ternyata distorsi berat tersebut berasal dari gitar yang dimainkan oleh gitaris band Berbisa.

Berbisa adalah unit stoner rock anyar berasal dari daerah yang tidak jauh dari kota Malang, Purwosari tepatnya. Meski dibilang baru, malam itu Berbisa sungguh membuktikan jika terdapat nafas stoner rock berbahaya yang lahir dari wilayah yang tidak diduga sebelumnya. Berbisa berhasil membuat pagar manusia di depan mereka langsung memanas dan menggila. Memang musik mereka masih terdengar aman, dalam arti mereka masih terbalut dengan musik dari band yang mereka idolakan seperti yang mereka katakan di fanzine yang saya sempatkan baca sebelum acara dimulai. Tentu bukan masalah yang serius bagi saya pribadi, melihat perjalanan mereka yang masih panjang. Saya sudah kagum dengan penampilan dan keberanian mereka membawakan materi lagu sendiri dengan begitu bernergi dan percaya diri. Suburban stoner rock yang meyakinkan!

Berlanjut pada penampil kedua. Mereka adalah Dhurma. Dhurma adalah satu-satunya band yang berasal dari luar kota Malang. Dhurma memiliki vokalis yang sangar dengan ukuran badan yang besar serta didukung rambut panjang bergelombangnya sungguh tampilan yang berbanding lurus jika mendengar suaranya yang garang dan berenergi. Dhurma sendiri adalah unit doom metal asal Surabaya yang begitu gelap dan berat. Pada malam acara Semburat #2, Dhurma juga membagikan CD demo yang mereka bagikan secara bebas alias gratis. Malam itu CD demo mereka ludes dalam hitungan kurang dari 60 menit, dan saya salah satu orang yang kurang beruntung tidak mendapatkannya.Hfffft..

Rasa dahaga tak bisa dihindarkan malam itu. Penonton yang begitu sengit dengan penampilan dua band pembuka yang begitu garang membuat saya untuk turun membeli sebotol minuman pengisi energi. Lantai satu saat itu sudah terlihat padat pengunjung. Beberapa teman juga terlihat santai di bar dan teras Houtenhand. Sedikit obrolan dan berbagi ramuan pun dimulai. Tidak sadar ternyata Remissa sudah beraksi di lantai dua.

Remissa, mereka adalah satu-satunya band yang familiar ditelinga saya. Karena meski termasuk pendatang baru, Remissa sudah memiliki jam terbang yang cukup tinggi. Remissa adalah band yang banyak dipengaruhi oleh musik-musik yang berasal dari Seattle. Yeah! Seattle sound. Saya pribadi menyukai lagu mereka yang berjudul “Diskusi Mimpi”, lagu yang bertenaga.Teruslah memberontak! Kalian membuat malam itu semakin berkeringat!

Acara dilanjutkan dengan penampilan dari Strider yang sekaligus menjadi band penutup di acara Semburat #2. Ada yang ganjil ketika pembawa acara berkata jika Strider adalah band terakhir yang akan beraksi malam itu. Karena menurut informasi dari poster yang beredar, seharusnya ada lima band yang tampil di acara Semburat #2. Saya pun langsung menghampiri salah satu panitia Semburat #2 untuk bertanya. Ternyata benar ada satu band yang mendadak mengundurkan diri dari acara akibat masalah kesehatan. Mereka adalah Maul. Unit stoner/doom yang masih sangat baru namun berpotensi. Salah satu band yang ingin saya lihat aksinya diatas panggung. Memang tidak mungkin memaksakan Maul untuk tetap beraksi, mengingat mereka hanya beranggotakan dua orang saja, gitaris yang juga merangkap menjadi vokal dan satu personil lagi yang berposisi drummer. Jadi jika salah satu dari mereka berhalangan, bayangkan saja jika dipaksakan untuk tampil. Hehehhe..

Strider memulai aksinya. Tidak banyak yang saya tahu dari band satu ini selain mendengar materi mereka di soundcloud mereka. Band yang mengawinkan jenis musik heavy metal dengan sedikit ramuan trash. Distorsi dan suara vokal yang berat. Membuat penonton tidak memiliki celah untuk beristarahat. Bahkan mereka berhasil mengundang stage dive dan crowd surfing berserakan dimana-mana. Apalagi beberapa lagu cover dari Pantera dan Black Sabbath yang mereka bawakan berhasil membuat semua semakin berkeringat dan semburat!.

Malam berlalu begitu cepat. Acara Semburat #2 sampai pada akhir acara. Tiba-tiba saja saya teringat janji pada adik untuk membawakan cemilan malamnya. Sebagai kakak yang baik tentu saya tidak akan ingkar janji. Saya pun langsung bergegas pulang dengan perasaan yang terpuaskan karena aksi-aksi yang begitu beringas, bertenaga dan jauh dari kata mengecewakan dari band-band yang notabenya pendatang baru.

Perjalanan mereka masih panjang dan jalan terang menunggu mereka. Selama mereka juga mau dan terus selalu berjuang, saya yakin mereka akan menemukan jalan terang itu. Tidak lupa saya memuji penonton yang hadir malam itu. Meski tidak ada nama-nama besar yang hadir di atas panggung, kalian tetap menggila dan liar tanpa mengenal kata lelah. Dan tentunya terima kasih Sursum Omnia. Salam.

*ini adalah arsip tulisan yang sudah pernah di publish di http://koalisinada.tumblr.com/reviewacara


 
 
 

コメント


© 2023 by Closet Confidential. Proudly created with Wix.com

bottom of page