Review Acara ; Gaung Tandang
- radinanghilman
- Aug 3, 2016
- 4 min read

Jum’at (29/7) adalah malam yang berbeda di kota Malang. Seakan ada monster yang bertumbuh besar sedang meniupkan angin dari mulutnya sekuat tenaga dan membuat kota Malang diterpa angin kencang yang begitu dingin. Sebenarnya malam itu saya sedang tidak bersemangat untuk berpergian, apalagi ketika malam. Akan tetapi kemudian saya teringat ada acara bertajuk “Gaung Tandang” yang diorganisir oleh kawan-kawan dari Sursum Omnia di Nyala Studio.
Gaung Tandang merupakan acara yang diadakan dalam rangka tour dari band asal Medan bernama Syuthay. Tidak banyak yang saya ketahui tentang Syuthay dan lokasi gig Gaung Tandang membuat saya semakin penasaran. Selain itu pada deretan band lainnya pun hanya dua yang saya kenal, meski saya hanya baru sekali menonton mereka di acara Semburat #2 (seingat saya). Mereka adalah Strider dan Berbisa, nama lainnya benar-benar asing di telinga saya.
Malam itu rasa penasaran saya yang terlalu banyak seakan menjadi mesin penghangat tubuh yang kebal terhadap angin dan udara dingin kota Malang.
Sepulang melaksanakan kewajiban menjadi pawang toko rilisan fisik saya langsung meluncur ke Nyala Studio. Jika tidak salah ingat, Nyala Studio berada di daerah Tunggulwulung yang letaknya lumayan jauh dari tempat saya bekerja. Saya benar-benar tidak memahami daerah sana, saya hanya mempercayai arah pemberian dari salah seorang teman.
Konsep acara Gaung Tandang kali ini adalah Studio Gig. Menurut zine yang saya dapatkan dari acara Gaung Tandang, Nyala Studio sudah sering menjadi pilihan alternatif tempat acara skala minor di kota Malang. Mereka sungguh “persetan” dengan orang-orang yang mengatakan jika studio gig adalah acara yang tidak ideal. Pertemanan, jaringan dan tetap bergerak untuk terus berkarya dan tentunya bermusik adalah modal yang kental mengalir dalam semangat mereka. Saluut!
Jam menunjukkan pukul 19.30 ketika saya akhirnya menemukan lokasi Nyala Studio. Awalnya sedikit ragu, namun ketika ada salah satu pemuda dengan membawa tas gitar masuk menuju area parkir membuat menebak jika lokasi tersebut adalah Nyala Studio.
Syukurlah, ternyata tebakan saya benar. Sambil menggosok tangan pertanda udara dingin kota Malang yang kian menyengat kulit, saya melihat sekeliling berharap menemukan wajah yang saya kenal. Ternyata hanya satu orang yang tidak asing bagi saya yang sedang duduk manis menikmati kopi bersama kawan-kawannya di gazebo berukuran kecil.
Setelah menyapa, sebatang rokok pun tidak lupa untuk segera saya nyalakan sembari melihat sekeliling tempat yang begitu luas. Awalnya sedikit ragu dan tidak percaya terdapat studio musik di lokasi tersebut. Karena sejauh saya memperhatikan tempat yang begitu luas, yang saya lihat hanyalah warung kopi yang memiliki 7-10 gazebo-gazebo sempit mengitari lokasi parkiran sepeda yang ramai oleh anak-anak sekolah yang sedang melampiaskan penat mereka akibat seharian penuh duduk di bangku sekolah.
Di lantai 2 ada arena billyard dan samar terdengar suara hiruk pikuk playstation. Bayangkan saja, hampir tidak ada yang berbau musik di sana, tulisan studio musik pun tidak ada!
Selesai mengamati sekitar, beberapa wajah yang saya kenal mulai berdatangan dan langsung mengajak saya menuju studio. Ternanyata benar, ada studio yang benar-benar tersembunyi di tempat seluas itu. Lapak zine dan rilisan sudah digelar, kotak tabungan kecil terlihat ada pintu masuk bertuliskan “Donasi”. Ya, malam itu tiket masuk hanya berupa donasi. Sebelah kotak donasi terdapat zine dari acara Gaung Tandang yang boleh diambil secara gratis.
Acara yang dijanjikan mulai pukul 19.00 sepertinya tidak berjalan sesuai rencana. Berbisa yang harusnya membuka acara belum nampak memasuki studio, bahkan terdengar jika tim pelaksana acara sedang bingung menghubungi para personil Berbisa yang tiba-tiba saja hilang dari lokasi acara.
Hampir satu jam menunggu, akhirnya personil Berbisa datang dan acara langsung dimulai.
Berbisa adalah unit Heavy rock anyar yang berasal dari daerah utara kota Malang, Purwosari. Menjadi band pembuka acara, Berbisa tampil kurang maksimal. Sound dari bassist mereka terlalu mendominasi diantara lainnya. Bahkan suara drum hampir tenggelam oleh distorsi berat yang dihasilkan oleh dua gitaris mereka berbuah fatal pada tempo musik yang mereka bawakan. Mungkin ini akibat dingin yang baru mereka hadapi di jalanan ketika menuju studio. Hehehe…
Penampilan selanjutnya adalah Ordinary. Menarik melihat setelan mereka paling berbeda diantara kerumunan banyak pemuda pemudi yang hampir semuanya memakai kaos hitam dengan dengan desain gambar yang akrab terlihat pada artwork band beraliran Heavy rock, Stoner atau Doom.
Vokalis Ordinary memulai aksinya dengan begitu bersemangat. Ordinary adalah pasukan hardcore/punk old school dengan vokalis yang begitu atraktif. Konon semua personil Ordinary adalah pemuda yang menjujung tinggi untuk menerapkan hidup sehat, seperti salah satu lagu mereka berjudul “Positive Is Good”.
Kemudian ada Ravage yang sedang bersiap menjadi penampil selanjutnya. Tanpa basa-basi, band yang dipimpin oleh seorang wanita pada posisi vokal ini langsung tampil beringas. Mungkin jika nanti kalian membeli rilisan mereka yang konon akan rilis bulan depan bersama Tarung Records, kalian pasti tidak akan percaya jika vokal dari band beraliran power violence/thrash punk ini adalah perempuan. Suaranya begitu garang!
Setelah Ravage mengakhiri penampilannya yang begitu meyakinkan dan berhasil membuat seluruh penonton dalam studio berkeringat, Strider langsung bersiap untuk beraksi. Beberapa kendala terjadi pada alat dan membuat mereka membutuhkan waktu untuk memulai aksinya. Entahlah apa yang terjadi, tapi menurut saya problem seperti itu harusnya bisa diselesaikan hanya dalam waktu singkat.
Saya selalu bingung membedakan mana Strider dan Berbisa. Karena ada dua wajah personil berbisa dalam tubuh Strider, apalagi jumlah personil mereka juga sama dan bahkan jenis musik mereka menurut saya juga tidak terlalu berbeda jauh. Eh, sepertinya bukan saya saja yang sulit membedakan. Coba perhatikan foto pada zine Gaung Tandang, sepertinya foto profil band mereka tertukar hahahahaha..
Malam itu Strider kian memanaskan suasana di dalam Nyala Studio. Penampilan mereka tetap bertenaga seperti pertama saya melihat mereka. Pertahankan!
Penampilan selanjutnya adalah Syuthay, band Medan yang sedang menjalani rangkaian tour promo albumnya. Namun, pada meja lapak saya tidak melihat rilisan mereka dan membuat saya bertanya pada salah satu teman yang sedang mengawasi lapak tersebut. Konon rilisan mereka sudah habis jauh-jauh hari. Lohhh…
Barulah saya mengerti jika Syuthay adalah band yang meramu musik heavy rock/stoner ketika lagu pertama mulai mereka mainkan. Jujur saja saya tertarik dengan band ini, sayangnya mereka tidak mengijinkan saya untuk mendapatkan rilisannya hahahaha…
Sampai pada akhirnya saya teringat dengan janji saya dengan salah seorang teman dan membuat saya untuk tidak menyelesaikan penampilan Syuthay dan band penutup Chernobyl. Ketika saya keluar dari studio, udara dingin makin membabi buta. Kemudian saya teringat jika saya berangkat hanya bermodalkan rasa penasaran untuk menghangatkan tubuh, bukan jaket! Sial!
Comments